SIGALOVADA
SUTTA
Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya
Oleh : Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991
Oleh : Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991
Sigalovada sutta adalah sutta ke-31 yang dijelaskan dalam Digha Nikaya.
Sigalovada sutta merupakan khotbah Buddha Gautama yang
berkaitan dengan etika di masyarakat, yang bersumber dari adat istiadat,
kebudayaan, dan ajaran kebenaran menurut ajaran agama.
Sigalovada sutta berisikan wejangan Buddha Gautama kepada Sigala, putera keluarga buddhis yang tinggal di rajagaha. Orang tua Sigala
adalah penganut agama buddha yang taat dan berbakti kepada Buddha, tetapi
mereka tidak berhasil mengajak putranya mengikuti jejak mereka. Ketika ayah Sigala akan meninggal dunia, ia berpesan kepada Sigala untuk melaksanakan
permintaannya untuk menghormati 6 penjuru pada waktu subuh.
Dalam Sigalodava Sutta, Buddha Gaotama menguraikan petunjuk
mengenai 6 penjuru yang perlu disembah yaitu :
Arah untuk
menghormati
Timur. Orang
tua
Selatan. Guru
Barat.
Istri dan anak
Utara.
Sahabat dan teman
Bawah. Pelayan
dan buruh
Atas.
Para petapa dan brahmana
Sumber : http://toni-setiawan-lin.blogspot.com/2015/01/sigalovada-sutta.html
Demikian yang telah kami
dengar :
1. Pada suatu ketika
Sang Bhagava sedang berdiam di Rajagaha, di Vihara Hutan Bambu di
Kalandakanivapa (Tempat Pemeliharaan Tupai). Pada waktu itu, Sigala Putra
kepala keluarga, bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha;
dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, ia menyembah ke berbagai
arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas.
2. Dan Sang Bhagava pada
pagi hari itu, setelah mengenakan jubah serta membawa mangkuk-Nya, pergi ke
Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan (pindapata).
Kemudian Sang Bhagava melihat Sigala putra kepala keluarga, bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas. Dan Sang Bhagava bertanya kepada Sigala putra kepala keluarga itu demikian :
Kemudian Sang Bhagava melihat Sigala putra kepala keluarga, bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas. Dan Sang Bhagava bertanya kepada Sigala putra kepala keluarga itu demikian :
“O putra kepala keluarga, mengapa engkau bangun pagi-pagi sekali
dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil
beranjali, engkau menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat,
utara, bawah dan atas?”
“Bhante, ketika ayahku
mendekati ajal, beliau berkata kepadaku untuk menyembah ke berbagai arah.
Demikianlah, Bhante, karena menghormati, mengindahkan, menjunjung dan menganggap
suci kata-kata ayahku itu, maka aku bangun pagi-pagi sekali dan pergi
meninggalkan Rajagaha. Dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali,
aku menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah
dan atas.”
“Tetapi, O putra kepala
keluarga, dalam agama seorang Ariya enam arah itu tidak seharusnya disembah
dengan cara demikian.”
“Bhante, bagaimana enam
arah itu seharusnya disembah dalam agama seorang Ariya? Bhante, alangkah
baiknya apabila Sang Bhagava berkenan mengajarkan ajaran yang menguraikan
caranya enam arah itu harus disembah dalam agama seorang Ariya.”
3. “O putra kepala
keluarga, dengarkan dan perhatikan baik-baik kata-kata-Ku, dan Aku akan
berbicara.”
“Baiklah, Bhante,” jawab
Sigala putra kepala keluarga itu kepada Sang Bhagava. Dan kemudian Sang Bhagava
berkata:
“O putra kepala
keluarga, karena siswa Ariya telah menyingkirkan empat kekotoran tingkah laku
(kammakilesa), karena ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat (papakamma)
yang didasari oleh empat dorongan, karena ia tidak mengejar enam saluran yang
memboroskan kekayaan maka dengan menjauhi (na sevati) empat belas hal buruk
ini, ia adalah seorang pengayom enam arah itu, seorang penakluk (vijaya), yaitu
ia akan sejahtera dalam alam ini dan alam berikutnya. Pada saat kehancuran
tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam
surga.
Apakah empat kekotoran
tingkah laku yang telah ia singkirkan itu? O putra kepala keluarga, itulah
kekotoran tingkah laku membunuh mahluk hidup, mengambil apa yang tidak
diberikan, berzinah dan berbohong. Inilah empat kekotoran tingkah laku yang
telah ia singkirkan. Demikian sabda Sang Bhagava.
4. Dan setelah Sang
Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut : ” Membunuh
mahluk hidup, mencuri, berbohong, berzinah, Untuk perbuatan-perbuatan ini, para
bijaksana tidak memuji.”
5. “Apakah empat
dorongan yang mendasari perbuatan perbuatan jahat yang tidak ia lakukan itu?
Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa senang sepihak
(chanda gati), perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan kebencian
(dosa gati), perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan
ketidaktahuan (moha gati) dan perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas
dorongan rasa takut (bhaya gati). Tetapi, O putra kepala keluarga, karena siswa
Ariya tidak terseret oleh dorongan rasa senang sepihak, tidak terseret oleh
dorongan kebencian, tidak terseret oleh dorongan ketidaktahuan dan tidak
terseret oleh dorongan rasa takut, maka ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan
jahat karena empat dorongan ini. Demikian sabda Sang Bhagava.
6. Dan setelah Sang
Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
“Siapa pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian,
Atau ketidaktahuan atau ketakutan telah melanggar Dhamma,
Maka nama baik dan kemasyhurannya akan menjadi pudar
Bagaikan bulan yang susut pada masa bulan-gelap.
“Siapa pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian,
Atau ketidaktahuan atau ketakutan telah melanggar Dhamma,
Maka nama baik dan kemasyhurannya akan menjadi pudar
Bagaikan bulan yang susut pada masa bulan-gelap.
“Siapa pun yang karena
rasa senang sepihak atau kebencian
Atau ketidaktahuan atau ketakutan tidak pernah melanggar Dhamma,
Maka nama baik dan kemasyhurannya menjadi sempurna dan penuh
Bagaikan bulan purnama pada masa bulan-terang.”
Atau ketidaktahuan atau ketakutan tidak pernah melanggar Dhamma,
Maka nama baik dan kemasyhurannya menjadi sempurna dan penuh
Bagaikan bulan purnama pada masa bulan-terang.”
7. “Dan apakah enam
saluran yang memboroskan kekayaan itu? O putra kepala keluarga, gemar
minum-minuman yang memabukkan, sering berkeliaran di jalan jalan pada saat yang
tidak pantas, mengejar tempat-tempat hiburan, gemar berjudi, bergaul dengan
teman-teman jahat dan kebiasaan menganggur (malas) adalah enam saluran yang
memboroskan kekayaan.”
8. “O putra kepala
keluarga, terdapat enam bahaya (adinava) akibat gemar minum minuman yang
memabukkan (surameraya majjapamadatthananuyoga), yaitu : kerugian harta secara
nyata, bertambahnya pertengkaran, tubuh mudah terserang penyakit, kehilangan
sifat yang baik, terlihat tidak sopan, kecerdasan menjadi lemah. Inilah, O
putra kepala keluarga, enam bahaya akibat gemar minum minuman yang memabukkan.”
9. “O putra kepala
keluarga, terdapat enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan jalan pada
saat yang tidak pantas (vikala visikhacariyanuyoga), yaitu : dirinya sendiri
tidak terjaga (agutta) dan tidak terlindung (arakkhita), anak istrinya tidak
terjaga dan tidak terlindung, harta kekayaannya tidak terjaga dan terlindung,
juga ia dapat dituduh sebagai pelaku kejahatan-kejahatan (yang belum terbukti),
menjadi sasaran desas-desus palsu, ia akan menjumpai banyak kesulitan. Inilah,
O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan-jalan
pada saat yang tidak pantas.”
10. “O putra kepala
keluarga, terdapat enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan
(samajjabhicarane) : (Ia selalu berpikir) di manakah ada tari-tarian? Di
manakah ada nyanyi-nyanyian? Di manakah ada pertunjukan musik? Di manakah ada
pembacaan deklamasi? Di manakah ada permainan tambur? Di manakah ada permainan
genderang? Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat mengejar
tempat-tempat hiburan.”
11. “O putra kepala
keluarga, terdapat enam bahaya akibat gemar berjudi : bila menang, ia
memperoleh kebencian; bila kalah, ia meratapi harta kekayaannya yang telah
hilang; kerugian harta benda secara nyata; di pengadilan kata-katanya tidak
berharga; ia dipandang rendah oleh sahabat-sahabat dan pejabat-pejabat
pemerintah; ia tidak disukai oleh orang-orang yang akan mencari atau mengambil
menantu, karena mereka akan berkata bahwa seorang penjudi tidak dapat
menjaga seorang istri. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat
gemar berjudi.”
12. “O putra kepala
keluarga, terdapat enam bahaya akibat bergaul dengan teman-teman jahat
(papamitta) : setiap penjudi, setiap orang yang gemar berfoya-foya, setiap
pemabuk, setiap penipu, setiap pengecoh, setiap orang yang kejam adalah teman
dan sahabatnya. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat bergaul
dengan teman-teman jahat.”
13. “O putra kepala
keluarga, terdapat enam bahaya akibat kebiasaan menganggur (malas) : ia berkata
: “terlalu dingin”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “terlalu panas”, dan ia
tidak bekerja; ia berkata: “terlalu pagi”, dan ia tidak bekerja; ia berkata:
“terlalu siang”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “aku terlalu lapar”, dan ia
tidak bekerja; ia berkata: “aku terlalu kenyang”, dan ia tidak bekerja.
Dengan demikian semua yang harus ia kerjakan tetap tidak dikerjakan, harta kekayaan baru tidak ia peroleh, dan harta kekayaan yang sudah ia miliki menjadi habis. Demikian sabda Sang Bhagava.
Dengan demikian semua yang harus ia kerjakan tetap tidak dikerjakan, harta kekayaan baru tidak ia peroleh, dan harta kekayaan yang sudah ia miliki menjadi habis. Demikian sabda Sang Bhagava.
14. Dan setelah Sang
Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut:
Beberapa teman hanyalah kawan minum;
Beberapa teman adalah mereka yang di hadapanmu akan berkata :
Sahabat baik! Sahabat baik!
Tetapi seseorang yang menyatakan kawan pada saat engkau membutuhkan,
Maka dia sesungguhnya yang layak disebut kawan olehmu.
Beberapa teman hanyalah kawan minum;
Beberapa teman adalah mereka yang di hadapanmu akan berkata :
Sahabat baik! Sahabat baik!
Tetapi seseorang yang menyatakan kawan pada saat engkau membutuhkan,
Maka dia sesungguhnya yang layak disebut kawan olehmu.
Tidur sewaktu matahari
telah terbit, perzinahan,
Terlibat dalam pertengkaran dan berbuat merugikan,
Bersahabat dengan orang-orang jahat dan berhati kejam :
Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
Terlibat dalam pertengkaran dan berbuat merugikan,
Bersahabat dengan orang-orang jahat dan berhati kejam :
Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
Ia yang berteman dan
bersahabat dengan orang-orang jahat
Ia yang dalam hidupnya melakukan hal-hal buruk, maka
Baik di alam ini maupun di alam berikutnya
Orang itu akan mengalami keruntuhan yang menyedihkan.
Ia yang dalam hidupnya melakukan hal-hal buruk, maka
Baik di alam ini maupun di alam berikutnya
Orang itu akan mengalami keruntuhan yang menyedihkan.
Berjudi dan wanita,
minuman keras, tari-tarian dan nyanyian
Tidur pada siang hari dan berkeliaran pada malam hari.
Bersahabat dengan orang-orang jahat, berhati kejam :
Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
Tidur pada siang hari dan berkeliaran pada malam hari.
Bersahabat dengan orang-orang jahat, berhati kejam :
Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
Bermain dadu,
minum-minuman keras, ia pergi kepada
Wanita-wanita yang amat dicintai laki-laki lain,
Mengikuti yang berpikiran rendah, bukan yang berpikiran mulia,
Maka ia akan menjadi suram bagai bulan yang menyusut pada masa bulan-gelap.
Wanita-wanita yang amat dicintai laki-laki lain,
Mengikuti yang berpikiran rendah, bukan yang berpikiran mulia,
Maka ia akan menjadi suram bagai bulan yang menyusut pada masa bulan-gelap.
Pecandu minuman keras,
miskin, melarat,
Seorang yang haus sewaktu minum, pengejar kedai minuman,
Demikian ia tenggelam dalam hutang-hutang, bagai batu dalam air;
Cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.
Seorang yang haus sewaktu minum, pengejar kedai minuman,
Demikian ia tenggelam dalam hutang-hutang, bagai batu dalam air;
Cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.
Ia yang mempunyai
kebiasaan tidur pada waktu siang,
Yang menganggap malam sebagai waktu untuk berjaga,
Ia yang selalu tidak bertanggung jawab, dipenuhi dengan anggur,
Ia yang tidak cakap untuk membina rumah tangga.
Yang menganggap malam sebagai waktu untuk berjaga,
Ia yang selalu tidak bertanggung jawab, dipenuhi dengan anggur,
Ia yang tidak cakap untuk membina rumah tangga.
Terlalu dingin! Terlalu
panas! Terlalu siang! demikian keluhannya,
Dengan cara begitu orang malas menghindari pekerjaan yang menanti,
Sehingga kesempatan baik akan berlalu.
Tetapi ia yang menganggap dingin dan panas sebagai hal yang remeh
Dengan cara apa pun ia tidak akan kehilangan kebahagiaannya.
Dengan cara begitu orang malas menghindari pekerjaan yang menanti,
Sehingga kesempatan baik akan berlalu.
Tetapi ia yang menganggap dingin dan panas sebagai hal yang remeh
Dengan cara apa pun ia tidak akan kehilangan kebahagiaannya.
15. “O putra kepala
keluarga, terdapat empat macam orang yang harus dianggap sebagai musuh yang
berpura-pura menjadi sahabat (amittamittapatirupaka) : Yaitu orang yang tamak
(annadatthuharo); orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat suatu apa (vaci
paramo); penjilat (annuppiyabhani); kawan pemboros (apayasahayo).
16. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, orang yang tamak harus dianggap sebagai musuh yang
berpura-pura menjadi sahabat : ia tamak; ia memberi sedikit dan meminta banyak;
ia melakukan kewajibannya karena takut; ia hanya ingat akan kepentingannya
sendiri. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah orang yang tamak
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat.
17. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat suatu apa
harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat: ia menyatakan
persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang lampau; ia menyatakan persahabatan
berkenaan dengan hal-hal mendatang; ia berusaha untuk mendapatkan simpati
dengan kata-kata kosong; bila ada kesempatan untuk membantu ia menyatakan tidak
sanggup. O putra kepala keluarga; atas empat dasar inilah orang yang banyak
bicara tetapi tidak berbuat suatu apa harus dianggap sebagai musuh yang
berpura-pura menjadi sahabat.
18. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, seorang penjilat harus dianggap sebagai musuh yang
berpura-pura menjadi sahabat: ia menyetujui hal-hal yang salah; juga ia tidak
menganjurkan hal-hal yang benar; ia akan memuji dirimu di hadapanmu; ia
berbicara jelek tentang dirimu di hadapan orang-orang lain. O putra kepala
keluarga, atas empat dasar inilah seorang penjilat harus dianggap sebagai musuh
yang berpura-pura menjadi sahabat.
19. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, seorang kawan pemboros harus dianggap sebagai musuh yang
berpura-pura menjadi sahabat: ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar akan
minum-minuman keras; ia menjadi kawanmu apabila engkau sering herkeliaran di
jalan- jalan pada waktu yang tidak pantas; ia menjadi kawanmu apabila engkau
mengejar tempat-tempat hiburan dan pertunjukan; ia menjadi kawanmu apabila
engkau gemar berjudi. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah seorang
kawan pemboros harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat.
Demikian sabda Sang Bhagava.
20. Dan setelah Sang
Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
Sahabat yang selalu
mencari apa-apa untuk diambil,
Sahabat yang kata-katanya berlainan dengan perbuatannya
Sahabat yang menjilat, lagi pula hanya berusaha membuat engkau senang
Sahabat yang bergembira dengan cara-cara jahat
Empat ini adalah musuh-musuh
Setelah menyadarinya demikian
Biarlah orang bijaksana menghindari mereka dari jauh,
Seakan mereka jalan yang berbahaya dan menakutkan.
Sahabat yang kata-katanya berlainan dengan perbuatannya
Sahabat yang menjilat, lagi pula hanya berusaha membuat engkau senang
Sahabat yang bergembira dengan cara-cara jahat
Empat ini adalah musuh-musuh
Setelah menyadarinya demikian
Biarlah orang bijaksana menghindari mereka dari jauh,
Seakan mereka jalan yang berbahaya dan menakutkan.
21. “O putra kepala
keluarga, terdapat empat macam sahabat yang harus dipandang berhati tulus
(suhada) : yaitu sahabat penolong (upakaro mitto); sahabat pada waktu senang
dan susah (samanasukha dukkhomitto); sahabat yang memberi nasehat baik
(atthakhaya mitto); sahabat yang bersimpati (anukampako-mitto).
22. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, sahabat penolong harus dipandang berhati tulus: ia
menjaga dirimu sewaktu engkau lengah; ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah;
ia menjadi pelindung dirimu sewaktu engkau dalam keadaan ketakutan; ia
memberikan bantuan dua kali daripada apa yang kau perlukan. O putra kepala
keluarga, atas empat dasar inilah sahabat penolong harus dipandang berhati
tulus.
23. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, sahabat pada waktu senang dan susah harus dipandang
berhati tulus: ia menceritakan rahasia-rahasia dirinya kepadamu; ia menjaga
rahasia-rahasia dirimu; ia tidak akan meninggalkan dirimu sewaktu engkau berada
dalam kesulitan; ia bahkan bersedia mengorbankan hidupnya demi kepentinganmu. O
putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah sahabat pada waktu senang dan
susah harus dipandang berhati tulus.
24. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, sahabat yang menasehatkan apa yang perlu engkau lakukan
harus dipandang berhati tulus: Ia mencegah engkau berbuat jahat; ia
menganjurkan engkau untuk berbuat yang benar; ia memberitahukan apa yang belum
engkau pernah dengar; ia menunjukkan engkau jalan ke surga. O putra kepala
keluarga, atas empat dasar inilah sahabat yang menasehatkan apa yang perlu
engkau lakukan harus dipandang berhati tulus.
25. Atas empat dasar, O
putra kepala keluarga, sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus :
ia tidak bergembira atas kesengsaraanmu; ia merasa senang atas kesejahteraanmu,
ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu, ia membenarkan orang
lain yang memuji dirimu. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah
sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus. Demikian sabda Sang
Bhagava.
26. Dan setelah Sang
Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
Sahabat yang menjadi
penolong, dan sahabat
Pada hari-hari terang dan gelap; ia yang menunjukkan
Apa yang engkau perlukan, dan ia yang bergetar dengan simpati
Untuk dirimu : empat macam orang ini, seorang bijaksana harus mengenali
Sebagai sahabat-sahabat, dan ia harus membaktikan dirinya kepada mereka
Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri, anak kesayangannya.
Pada hari-hari terang dan gelap; ia yang menunjukkan
Apa yang engkau perlukan, dan ia yang bergetar dengan simpati
Untuk dirimu : empat macam orang ini, seorang bijaksana harus mengenali
Sebagai sahabat-sahabat, dan ia harus membaktikan dirinya kepada mereka
Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri, anak kesayangannya.
Siapa pun yang bajik dan
pandai
Bercahaya seperti api yang menyala di bukit
Baginya, mengumpulkan kekayaan adalah seperti lebah berterbangan
Yang mengumpulkan madu tanpa mengganggu siapapun
Bercahaya seperti api yang menyala di bukit
Baginya, mengumpulkan kekayaan adalah seperti lebah berterbangan
Yang mengumpulkan madu tanpa mengganggu siapapun
Kekayaan menumpuk tinggi
bagaikan timbunan bukit semut
Bila kekayaan orang berkeluarga yang baik telah terkumpul seperti itu
Dapatlah ia memberi manfaat warganya
Biarlah ia membagi kekayaannya dalam empat bagian
Demikianlah ia mengikat kehidupannya dengan hal-hal yang baik
Satu bagian biarlah dipergunakan dan dinikmati sebagai buah usaha,
Dua bagian untuk melangsungkan usahanya
Bagian keempat biarlah dicadangkan dan ditabung
Sehingga ada persediaan pada saat yang sulit.
Bila kekayaan orang berkeluarga yang baik telah terkumpul seperti itu
Dapatlah ia memberi manfaat warganya
Biarlah ia membagi kekayaannya dalam empat bagian
Demikianlah ia mengikat kehidupannya dengan hal-hal yang baik
Satu bagian biarlah dipergunakan dan dinikmati sebagai buah usaha,
Dua bagian untuk melangsungkan usahanya
Bagian keempat biarlah dicadangkan dan ditabung
Sehingga ada persediaan pada saat yang sulit.
27. O putra kepala
keluarga, bagaimana caranya siswa Ariya melindungi enam arah itu? O putra
kepala keluarga, enam arah itu harus dipandang sebagai berikut : ibu dan ayah
seperti arah Timur, para guru seperti arah Selatan; istri dan anak-anak seperti
arah Barat; sahabat-sahabat dan kawan-kawan seperti arah Utara; pelayan-pelayan
dan karyawan-karyawan seperti arah bawah; guru-guru agama dan brahmana-brahmana
seperti arah atas.
28. O putra kepala
keluarga, dalam lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti
arah Timur: dahulu aku dirawat oleh mereka, sekarang aku akan merawat mereka;
aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka; aku akan mempertahankan
keturunan dan tradisi keluarga; aku akan menjadikan diriku pantas menerima
warisan; aku akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan upacara agama setelah
mereka meninggal dunia.
Dalam lima cara ini, O
putra kepala keluarga, orang tua yang diperlakukan demikian oleh seorang anak
seperti arah Timur, menunjukkan kecintaan mereka kepadanya: mereka mencegahnya
berbuat jahat; mereka mendorongnya berbuat baik; mereka melatihnya dalam suatu
profesi; mereka mencarikan pasangan (istri) yang pantas baginya; dan pada waktu
yang tepat, mereka menyerahkan warisan mereka kepadanya.
O putra kepala keluarga,
dalam lima cara inilah seorang anak memperlakukan orang tuanya seperti arah
Timur. Dalam lima cara inilah orang tua menunjukkan kecintaan mereka kepadanya.
Demikianlah arah timur ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
29. O putra kepala
keluarga, dalam lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru-guru mereka
seperti arah Selatan: dengan bangkit (dari tempat duduk untuk memberi hormat);
dengan melayani mereka; dengan bersemangat untuk belajar; dengan memberikan
jasa jasa kepada mereka; dengan memberikan perhatian sewaktu menerima ajaran
dari mereka.
Dalam lima cara ini, O
putra kepala keluarga, guru-guru yang diperlakukan demikian oleh siswa-siswa
mereka seperti arah Selatan, mencintai siswa-siswa mereka: mereka melatihnya
sedemikian rupa sehingga ia terlalu baik; mereka membuatnya menguasai apa yang
telah diajarkan; mereka mengajarnya secara menyeluruh dalam berbagai ilmu dan
seni; mereka berbicara baik tentang dirinya di antara sahabat-sahabatnya dan
kawan-kawannya; mereka menjaga keselamatannya di semua tempat.
O putra kepala keluarga,
dalam lima cara inilah siswa-siswa memperlakukan guru-guru mereka seperti arah
Selatan. Dalam lima cara inilah guru-guru mencintai siswa-siswa mereka.
Demikianlah arah Selatan ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
30. O putra kepala keluarga,
dalam lima cara seorang istri harus diperlakukan oleh suaminya seperti arah
Barat: dengan menghormati; dengan bersikap ramah-tamah; dengan kesetiaan;
dengan menyerahkan kekuasaan rumah tangga kepadanya; dengan memberi
barang-barang perhiasan kepadanya.
Dalam lima cara ini, O
putra kepala keluarga, seorang istri yang diperlakukan demikian oleh suaminya
seperti arah Barat, mencintainya: menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan
baik; bersikap ramah-tamah terhadap sanak-keluarga kedua belah pihak; dengan
kesetiaan; dengan menjaga barang-barang yang diberikan suaminya; pandai dan
rajin dalam melaksanakan segala tanggung jawabnya.
O putra kepala keluarga,
dalam lima cara inilah seorang suanti memperlakukan istrinya seperti arah
Barat. Dalam lima cara ini seorang istri mencintai suaminya. Demikianlah arah
barat ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
31. O putra kepala
keluarga, dalam lima cara seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat
dan kawan-kawannya seperti arah Utara: dengan bermurah hati; berlaku ramah
tamah; memberikan bantuan; dengan memperlakukan mereka seperti ia memperlakukan
dirinya sendiri; dengan berbuat sebaik ucapannya.
Dalam lima cara ini, O
putra kepala keluarga, sahabat-sahabat dan kawan-kawan yang diperlakukan demikian
oleh seorang warga keluarga seperti arah Utara, mencintainya: mereka
melindunginya sewaktu ia lengah; mereka melindungi harta miliknya sewaktu ia
lengah; mereka menjadi pelindung sewaktu ia berada dalam bahaya; mereka tidak
akan meninggalkannya sewaktu ia sedang dalam kesulitan; mereka menghormati
keluarganya.
O putra kepala keluarga,
dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dan
kawan-kawannya seperti arah Utara. Dalam lima cara inilah sahabat sahabat dan
kawan-kawan mencintainya. Demikianlah arah utara ini dilindungi, diselamatkan
den diamankan olehnya.
32. O putra kepala
keluarga, dalam lima cara seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan
karyawan-karyawannya seperti arah bawah : dengan memberikan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan mereka; dengan memberikan mereka makanan dan upah;
dengan merawat mereka sewaktu mereka sakit; dengan membagi barang-barang
kebutuhan hidupnya; dengan memberikan cuti pada waktu-waktu tertentu.
Dalam lima cara ini, O
putra kepala keluarga, pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan yang diperlakukan
demikian oleh seorang majikan seperti arah bawah, akan mencintainya : mereka
bangun lebih pagi daripadanya; mereka merebahkan diri untuk beristirahat
setelahnya; mereka merasa puas dengan apa yang diberikan kepada mereka; mereka
melakukan kewajiban-kewajiban mereka dengan baik; di manapun mereka berada
mereka akan memuji majikannya, memuji keharuman namanya.
O putra kepala keluarga,
dalam lima cara inilah seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan
karyawan-karyawannya seperti arah bawah. Dalam lima cara inilah pelayan-pelayan
dan karyawan-karyawan mencintainya. Demikianlah arah bawah ini dilindungi,
diselamatkan dan diamankan olehnya.
33. O putra kepala
keluarga, dalam lima cara seorang warga keluarga harus memperlakukan para
pertapa dan brahmana seperti arah atas : dengan cinta kasih dalam perbuatan;
dengan cinta kasih dalam perkataan; dengan cinta kasih dalam pikiran; membuka
pintu rumah bagi mereka (mempersilahkan mereka); menunjang kebutuhan hidup
mereka pada waktu-waktu tertentu.
Dalam enam cara ini, O
putra kepala keluarga, para pertapa dan brahmana yang diperlakukan demikian
oleh seorang warga keluarga seperti arah atas, akan menunjukkan kecintaan
mereka : mereka mencegah ia berbuat jahat; mereka menganjurkan ia berbuat baik;
mereka mencintainya dengan pikiran penuh kasih sayang; mereka mengajarkan apa
yang belum pernah ia dengar; mereka membenarkan dan memurnikan apa yang pernah
ia dengar; mereka menunjukkan ia jalan ke surga.
O putra kepala keluarga,
dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan para pertapa dan
brahmana seperti arah atas. Dalam enam cara inilah para pertapa dan brahmana
menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah atas ini dilindungi, diselamatkan
dan diamankan olehnya.
Demikian sabda Sang Bhagava.
Demikian sabda Sang Bhagava.
34. Dan setelah Sang
Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
Ibu dan ayah adalah arah
timur,
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya.
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya.
Ia yang bijaksana,
terlatih dalam cara-cara bajik
Lemah lembut dan pandai dalam pemujaan ini,
Rendah hati dan patuh, maka ia akan memperoleh kehormatan.
Bangun pagi-pagi, musuh pada kemalasan,
Tak goyah dalam kemalangan-kemalangan, kehidupannya
Tanpa cacat, bijaksana, maka ia akan memperoleh kehormatan
Bila ia telah mendapatkan cara-cara dan membuat sahabat-sahabat
Menyambut dengan kata-kata yang ramah dan hati yang tulus
Dan ia dapat memberi petunjuk dan nasehat yang bijaksana
Dan membimbing sahabat-sahabatnya, maka ia akan memperoleh kehormatan.
Lemah lembut dan pandai dalam pemujaan ini,
Rendah hati dan patuh, maka ia akan memperoleh kehormatan.
Bangun pagi-pagi, musuh pada kemalasan,
Tak goyah dalam kemalangan-kemalangan, kehidupannya
Tanpa cacat, bijaksana, maka ia akan memperoleh kehormatan
Bila ia telah mendapatkan cara-cara dan membuat sahabat-sahabat
Menyambut dengan kata-kata yang ramah dan hati yang tulus
Dan ia dapat memberi petunjuk dan nasehat yang bijaksana
Dan membimbing sahabat-sahabatnya, maka ia akan memperoleh kehormatan.
Tangan pemberi, ucapan
ramah tamah
Kehidupan penuh pengabdian, tak membedakan diri sendiri
Dengan orang lain, seperti diminta keadaan :
Inilah yang membuat dunia berputar
Seperti poros memberikan jasa pada majunya kereta
Dan bila hal-hal demikian tidak ada, tiada seorang ibu akan menerima
Penghormatan dan penghargaan yang seharusnya diberikan oleh anak-anaknya
Juga sang ayah yang seharusnya memperoleh hal-hal ini dari anak-anaknya
Dan karena para bijaksana dengan tepat memuji akan hal-hal ini
Mereka memperoleh keluhuran dan pujian manusia.
Kehidupan penuh pengabdian, tak membedakan diri sendiri
Dengan orang lain, seperti diminta keadaan :
Inilah yang membuat dunia berputar
Seperti poros memberikan jasa pada majunya kereta
Dan bila hal-hal demikian tidak ada, tiada seorang ibu akan menerima
Penghormatan dan penghargaan yang seharusnya diberikan oleh anak-anaknya
Juga sang ayah yang seharusnya memperoleh hal-hal ini dari anak-anaknya
Dan karena para bijaksana dengan tepat memuji akan hal-hal ini
Mereka memperoleh keluhuran dan pujian manusia.
Setelah Beliau selesai
berkata demikian, Sigala, putra kepala keluarga itu, berkata kepada Sang
Bhagava : “Sungguh mengagumkan, Bhante! Sungguh mengagumkan, Bhante! Sama
halnya seperti seseorang menegakkan kembali apa yang telah roboh,
memperlihatkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan benar kepada yang
tersesat, atau memberikan cahaya dalam kegelapan: agar mereka yang mempunyai
mata dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Demikian pula, dengan berbagai
macam cara Dhamma telah dibabarkan oleh Sang Bhagava kepadaku. Dan sekarang,
Bhante, aku menyatakan berlindung kepada Sang Bhagava, Dhamma serta Sangha.
Semoga Sang Bhagava berkenan menerima aku sebagai seorang upasaka, yang sejak
hari ini sampai selama-lamanya telah menyatakan berlindung kepada Buddha,
Dhamma serta Sangha.