Minggu, 05 Agustus 2018

Sigalovada Sutta (Sutta Tentang


SIGALOVADA SUTTA
Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya
Oleh : Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991

Sigalovada sutta adalah sutta ke-31 yang dijelaskan dalam Digha Nikaya.


Sigalovada sutta merupakan khotbah Buddha Gautama yang berkaitan dengan etika di masyarakat, yang bersumber dari adat istiadat, kebudayaan, dan ajaran kebenaran menurut ajaran agama.

Sigalovada sutta berisikan wejangan Buddha Gautama kepada Sigala, putera keluarga buddhis yang tinggal di rajagaha. Orang tua Sigala adalah penganut agama buddha yang taat dan berbakti kepada Buddha, tetapi mereka tidak berhasil mengajak putranya mengikuti jejak mereka. Ketika ayah Sigala akan meninggal dunia, ia berpesan kepada Sigala untuk melaksanakan permintaannya untuk menghormati 6 penjuru pada waktu subuh.

Dalam Sigalodava Sutta, Buddha Gaotama menguraikan petunjuk mengenai 6 penjuru yang perlu disembah yaitu :

Arah             untuk menghormati

Timur.          Orang tua
Selatan.       Guru
Barat.            Istri dan anak
Utara.            Sahabat dan teman
Bawah.         Pelayan dan buruh
Atas.              Para petapa dan brahmana

Sumber : http://toni-setiawan-lin.blogspot.com/2015/01/sigalovada-sutta.html




Demikian yang telah kami dengar :
1. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Rajagaha, di Vihara Hutan Bambu di Kalandakanivapa (Tempat Pemeliharaan Tupai). Pada waktu itu, Sigala Putra kepala keluarga, bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas.
2. Dan Sang Bhagava pada pagi hari itu, setelah mengenakan jubah serta membawa mangkuk-Nya, pergi ke Rajagaha untuk mengumpulkan dana makanan (pindapata).
Kemudian Sang Bhagava melihat Sigala putra kepala keluarga, bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas. Dan Sang Bhagava bertanya kepada Sigala putra kepala keluarga itu demikian :
“O putra kepala keluarga, mengapa engkau bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha; dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, engkau menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas?”
“Bhante, ketika ayahku mendekati ajal, beliau berkata kepadaku untuk menyembah ke berbagai arah. Demikianlah, Bhante, karena menghormati, mengindahkan, menjunjung dan menganggap suci kata-kata ayahku itu, maka aku bangun pagi-pagi sekali dan pergi meninggalkan Rajagaha. Dengan rambut dan pakaian basah dan sambil beranjali, aku menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas.”
“Tetapi, O putra kepala keluarga, dalam agama seorang Ariya enam arah itu tidak seharusnya disembah dengan cara demikian.”
“Bhante, bagaimana enam arah itu seharusnya disembah dalam agama seorang Ariya? Bhante, alangkah baiknya apabila Sang Bhagava berkenan mengajarkan ajaran yang menguraikan caranya enam arah itu harus disembah dalam agama seorang Ariya.”
3. “O putra kepala keluarga, dengarkan dan perhatikan baik-baik kata-kata-Ku, dan Aku akan berbicara.”
“Baiklah, Bhante,” jawab Sigala putra kepala keluarga itu kepada Sang Bhagava. Dan kemudian Sang Bhagava berkata:
“O putra kepala keluarga, karena siswa Ariya telah menyingkirkan empat kekotoran tingkah laku (kammakilesa), karena ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat (papakamma) yang didasari oleh empat dorongan, karena ia tidak mengejar enam saluran yang memboroskan kekayaan maka dengan menjauhi (na sevati) empat belas hal buruk ini, ia adalah seorang pengayom enam arah itu, seorang penakluk (vijaya), yaitu ia akan sejahtera dalam alam ini dan alam berikutnya. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.
Apakah empat kekotoran tingkah laku yang telah ia singkirkan itu? O putra kepala keluarga, itulah kekotoran tingkah laku membunuh mahluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, berzinah dan berbohong. Inilah empat kekotoran tingkah laku yang telah ia singkirkan. Demikian sabda Sang Bhagava.
4. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut : ” Membunuh mahluk hidup, mencuri, berbohong, berzinah, Untuk perbuatan-perbuatan ini, para bijaksana tidak memuji.”
5. “Apakah empat dorongan yang mendasari perbuatan perbuatan jahat yang tidak ia lakukan itu? Perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa senang sepihak (chanda gati), perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan kebencian (dosa gati), perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan ketidaktahuan (moha gati) dan perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan atas dorongan rasa takut (bhaya gati). Tetapi, O putra kepala keluarga, karena siswa Ariya tidak terseret oleh dorongan rasa senang sepihak, tidak terseret oleh dorongan kebencian, tidak terseret oleh dorongan ketidaktahuan dan tidak terseret oleh dorongan rasa takut, maka ia tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat karena empat dorongan ini. Demikian sabda Sang Bhagava.
6. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
“Siapa pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian,
Atau ketidaktahuan atau ketakutan telah melanggar Dhamma,
Maka nama baik dan kemasyhurannya akan menjadi pudar
Bagaikan bulan yang susut pada masa bulan-gelap.
“Siapa pun yang karena rasa senang sepihak atau kebencian
Atau ketidaktahuan atau ketakutan tidak pernah melanggar Dhamma,
Maka nama baik dan kemasyhurannya menjadi sempurna dan penuh
Bagaikan bulan purnama pada masa bulan-terang.”
7. “Dan apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan itu? O putra kepala keluarga, gemar minum-minuman yang memabukkan, sering berkeliaran di jalan jalan pada saat yang tidak pantas, mengejar tempat-tempat hiburan, gemar berjudi, bergaul dengan teman-teman jahat dan kebiasaan menganggur (malas) adalah enam saluran yang memboroskan kekayaan.”
8. “O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya (adinava) akibat gemar minum minuman yang memabukkan (surameraya majjapamadatthananuyoga), yaitu : kerugian harta secara nyata, bertambahnya pertengkaran, tubuh mudah terserang penyakit, kehilangan sifat yang baik, terlihat tidak sopan, kecerdasan menjadi lemah. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat gemar minum minuman yang memabukkan.”
9. “O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan jalan pada saat yang tidak pantas (vikala visikhacariyanuyoga), yaitu : dirinya sendiri tidak terjaga (agutta) dan tidak terlindung (arakkhita), anak istrinya tidak terjaga dan tidak terlindung, harta kekayaannya tidak terjaga dan terlindung, juga ia dapat dituduh sebagai pelaku kejahatan-kejahatan (yang belum terbukti), menjadi sasaran desas-desus palsu, ia akan menjumpai banyak kesulitan. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan-jalan pada saat yang tidak pantas.”
10. “O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan (samajjabhicarane) : (Ia selalu berpikir) di manakah ada tari-tarian? Di manakah ada nyanyi-nyanyian? Di manakah ada pertunjukan musik? Di manakah ada pembacaan deklamasi? Di manakah ada permainan tambur? Di manakah ada permainan genderang? Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan.”
11. “O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat gemar berjudi : bila menang, ia memperoleh kebencian; bila kalah, ia meratapi harta kekayaannya yang telah hilang; kerugian harta benda secara nyata; di pengadilan kata-katanya tidak berharga; ia dipandang rendah oleh sahabat-sahabat dan pejabat-pejabat pemerintah; ia tidak disukai oleh orang-orang yang akan mencari atau mengambil menantu, karena mereka akan berkata bahwa seorang penjudi tidak dapat menjaga seorang istri. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat gemar berjudi.”
12. “O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat bergaul dengan teman-teman jahat (papamitta) : setiap penjudi, setiap orang yang gemar berfoya-foya, setiap pemabuk, setiap penipu, setiap pengecoh, setiap orang yang kejam adalah teman dan sahabatnya. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat bergaul dengan teman-teman jahat.”
13. “O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat kebiasaan menganggur (malas) : ia berkata : “terlalu dingin”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “terlalu panas”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “terlalu pagi”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “terlalu siang”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “aku terlalu lapar”, dan ia tidak bekerja; ia berkata: “aku terlalu kenyang”, dan ia tidak bekerja.
Dengan demikian semua yang harus ia kerjakan tetap tidak dikerjakan, harta kekayaan baru tidak ia peroleh, dan harta kekayaan yang sudah ia miliki menjadi habis. Demikian sabda Sang Bhagava.
14. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut:
Beberapa teman hanyalah kawan minum;
Beberapa teman adalah mereka yang di hadapanmu akan berkata :
Sahabat baik! Sahabat baik!
Tetapi seseorang yang menyatakan kawan pada saat engkau membutuhkan,
Maka dia sesungguhnya yang layak disebut kawan olehmu.
Tidur sewaktu matahari telah terbit, perzinahan,
Terlibat dalam pertengkaran dan berbuat merugikan,
Bersahabat dengan orang-orang jahat dan berhati kejam :
Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
Ia yang berteman dan bersahabat dengan orang-orang jahat
Ia yang dalam hidupnya melakukan hal-hal buruk, maka
Baik di alam ini maupun di alam berikutnya
Orang itu akan mengalami keruntuhan yang menyedihkan.
Berjudi dan wanita, minuman keras, tari-tarian dan nyanyian
Tidur pada siang hari dan berkeliaran pada malam hari.
Bersahabat dengan orang-orang jahat, berhati kejam :
Inilah enam sebab yang menjadikan keruntuhan seseorang.
Bermain dadu, minum-minuman keras, ia pergi kepada
Wanita-wanita yang amat dicintai laki-laki lain,
Mengikuti yang berpikiran rendah, bukan yang berpikiran mulia,
Maka ia akan menjadi suram bagai bulan yang menyusut pada masa bulan-gelap.
Pecandu minuman keras, miskin, melarat,
Seorang yang haus sewaktu minum, pengejar kedai minuman,
Demikian ia tenggelam dalam hutang-hutang, bagai batu dalam air;
Cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.
Ia yang mempunyai kebiasaan tidur pada waktu siang,
Yang menganggap malam sebagai waktu untuk berjaga,
Ia yang selalu tidak bertanggung jawab, dipenuhi dengan anggur,
Ia yang tidak cakap untuk membina rumah tangga.
Terlalu dingin! Terlalu panas! Terlalu siang! demikian keluhannya,
Dengan cara begitu orang malas menghindari pekerjaan yang menanti,
Sehingga kesempatan baik akan berlalu.
Tetapi ia yang menganggap dingin dan panas sebagai hal yang remeh
Dengan cara apa pun ia tidak akan kehilangan kebahagiaannya.
15. “O putra kepala keluarga, terdapat empat macam orang yang harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat (amittamittapatirupaka) : Yaitu orang yang tamak (annadatthuharo); orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat suatu apa (vaci paramo); penjilat (annuppiyabhani); kawan pemboros (apayasahayo).
16. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, orang yang tamak harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat : ia tamak; ia memberi sedikit dan meminta banyak; ia melakukan kewajibannya karena takut; ia hanya ingat akan kepentingannya sendiri. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah orang yang tamak harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat.
17. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat suatu apa harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat: ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal yang lampau; ia menyatakan persahabatan berkenaan dengan hal-hal mendatang; ia berusaha untuk mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong; bila ada kesempatan untuk membantu ia menyatakan tidak sanggup. O putra kepala keluarga; atas empat dasar inilah orang yang banyak bicara tetapi tidak berbuat suatu apa harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat.
18. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, seorang penjilat harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat: ia menyetujui hal-hal yang salah; juga ia tidak menganjurkan hal-hal yang benar; ia akan memuji dirimu di hadapanmu; ia berbicara jelek tentang dirimu di hadapan orang-orang lain. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah seorang penjilat harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat.
19. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, seorang kawan pemboros harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat: ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar akan minum-minuman keras; ia menjadi kawanmu apabila engkau sering herkeliaran di jalan- jalan pada waktu yang tidak pantas; ia menjadi kawanmu apabila engkau mengejar tempat-tempat hiburan dan pertunjukan; ia menjadi kawanmu apabila engkau gemar berjudi. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah seorang kawan pemboros harus dianggap sebagai musuh yang berpura-pura menjadi sahabat. Demikian sabda Sang Bhagava.
20. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
Sahabat yang selalu mencari apa-apa untuk diambil,
Sahabat yang kata-katanya berlainan dengan perbuatannya
Sahabat yang menjilat, lagi pula hanya berusaha membuat engkau senang
Sahabat yang bergembira dengan cara-cara jahat
Empat ini adalah musuh-musuh
Setelah menyadarinya demikian
Biarlah orang bijaksana menghindari mereka dari jauh,
Seakan mereka jalan yang berbahaya dan menakutkan.
21. “O putra kepala keluarga, terdapat empat macam sahabat yang harus dipandang berhati tulus (suhada) : yaitu sahabat penolong (upakaro mitto); sahabat pada waktu senang dan susah (samanasukha dukkhomitto); sahabat yang memberi nasehat baik (atthakhaya mitto); sahabat yang bersimpati (anukampako-mitto).
22. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, sahabat penolong harus dipandang berhati tulus: ia menjaga dirimu sewaktu engkau lengah; ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah; ia menjadi pelindung dirimu sewaktu engkau dalam keadaan ketakutan; ia memberikan bantuan dua kali daripada apa yang kau perlukan. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah sahabat penolong harus dipandang berhati tulus.
23. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, sahabat pada waktu senang dan susah harus dipandang berhati tulus: ia menceritakan rahasia-rahasia dirinya kepadamu; ia menjaga rahasia-rahasia dirimu; ia tidak akan meninggalkan dirimu sewaktu engkau berada dalam kesulitan; ia bahkan bersedia mengorbankan hidupnya demi kepentinganmu. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah sahabat pada waktu senang dan susah harus dipandang berhati tulus.
24. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, sahabat yang menasehatkan apa yang perlu engkau lakukan harus dipandang berhati tulus: Ia mencegah engkau berbuat jahat; ia menganjurkan engkau untuk berbuat yang benar; ia memberitahukan apa yang belum engkau pernah dengar; ia menunjukkan engkau jalan ke surga. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah sahabat yang menasehatkan apa yang perlu engkau lakukan harus dipandang berhati tulus.
25. Atas empat dasar, O putra kepala keluarga, sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus : ia tidak bergembira atas kesengsaraanmu; ia merasa senang atas kesejahteraanmu, ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu, ia membenarkan orang lain yang memuji dirimu. O putra kepala keluarga, atas empat dasar inilah sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus. Demikian sabda Sang Bhagava.
26. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
Sahabat yang menjadi penolong, dan sahabat
Pada hari-hari terang dan gelap; ia yang menunjukkan
Apa yang engkau perlukan, dan ia yang bergetar dengan simpati
Untuk dirimu : empat macam orang ini, seorang bijaksana harus mengenali
Sebagai sahabat-sahabat, dan ia harus membaktikan dirinya kepada mereka
Seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri, anak kesayangannya.
Siapa pun yang bajik dan pandai
Bercahaya seperti api yang menyala di bukit
Baginya, mengumpulkan kekayaan adalah seperti lebah berterbangan
Yang mengumpulkan madu tanpa mengganggu siapapun
Kekayaan menumpuk tinggi bagaikan timbunan bukit semut
Bila kekayaan orang berkeluarga yang baik telah terkumpul seperti itu
Dapatlah ia memberi manfaat warganya
Biarlah ia membagi kekayaannya dalam empat bagian
Demikianlah ia mengikat kehidupannya dengan hal-hal yang baik
Satu bagian biarlah dipergunakan dan dinikmati sebagai buah usaha,
Dua bagian untuk melangsungkan usahanya
Bagian keempat biarlah dicadangkan dan ditabung
Sehingga ada persediaan pada saat yang sulit.
27. O putra kepala keluarga, bagaimana caranya siswa Ariya melindungi enam arah itu? O putra kepala keluarga, enam arah itu harus dipandang sebagai berikut : ibu dan ayah seperti arah Timur, para guru seperti arah Selatan; istri dan anak-anak seperti arah Barat; sahabat-sahabat dan kawan-kawan seperti arah Utara; pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan seperti arah bawah; guru-guru agama dan brahmana-brahmana seperti arah atas.
28. O putra kepala keluarga, dalam lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur: dahulu aku dirawat oleh mereka, sekarang aku akan merawat mereka; aku akan memikul beban kewajiban-kewajiban mereka; aku akan mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga; aku akan menjadikan diriku pantas menerima warisan; aku akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia.
Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, orang tua yang diperlakukan demikian oleh seorang anak seperti arah Timur, menunjukkan kecintaan mereka kepadanya: mereka mencegahnya berbuat jahat; mereka mendorongnya berbuat baik; mereka melatihnya dalam suatu profesi; mereka mencarikan pasangan (istri) yang pantas baginya; dan pada waktu yang tepat, mereka menyerahkan warisan mereka kepadanya.
O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah seorang anak memperlakukan orang tuanya seperti arah Timur. Dalam lima cara inilah orang tua menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah timur ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
29. O putra kepala keluarga, dalam lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru-guru mereka seperti arah Selatan: dengan bangkit (dari tempat duduk untuk memberi hormat); dengan melayani mereka; dengan bersemangat untuk belajar; dengan memberikan jasa jasa kepada mereka; dengan memberikan perhatian sewaktu menerima ajaran dari mereka.
Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, guru-guru yang diperlakukan demikian oleh siswa-siswa mereka seperti arah Selatan, mencintai siswa-siswa mereka: mereka melatihnya sedemikian rupa sehingga ia terlalu baik; mereka membuatnya menguasai apa yang telah diajarkan; mereka mengajarnya secara menyeluruh dalam berbagai ilmu dan seni; mereka berbicara baik tentang dirinya di antara sahabat-sahabatnya dan kawan-kawannya; mereka menjaga keselamatannya di semua tempat.
O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah siswa-siswa memperlakukan guru-guru mereka seperti arah Selatan. Dalam lima cara inilah guru-guru mencintai siswa-siswa mereka. Demikianlah arah Selatan ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
30. O putra kepala keluarga, dalam lima cara seorang istri harus diperlakukan oleh suaminya seperti arah Barat: dengan menghormati; dengan bersikap ramah-tamah; dengan kesetiaan; dengan menyerahkan kekuasaan rumah tangga kepadanya; dengan memberi barang-barang perhiasan kepadanya.
Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, seorang istri yang diperlakukan demikian oleh suaminya seperti arah Barat, mencintainya: menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik; bersikap ramah-tamah terhadap sanak-keluarga kedua belah pihak; dengan kesetiaan; dengan menjaga barang-barang yang diberikan suaminya; pandai dan rajin dalam melaksanakan segala tanggung jawabnya.
O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah seorang suanti memperlakukan istrinya seperti arah Barat. Dalam lima cara ini seorang istri mencintai suaminya. Demikianlah arah barat ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
31. O putra kepala keluarga, dalam lima cara seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dan kawan-kawannya seperti arah Utara: dengan bermurah hati; berlaku ramah tamah; memberikan bantuan; dengan memperlakukan mereka seperti ia memperlakukan dirinya sendiri; dengan berbuat sebaik ucapannya.
Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, sahabat-sahabat dan kawan-kawan yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga seperti arah Utara, mencintainya: mereka melindunginya sewaktu ia lengah; mereka melindungi harta miliknya sewaktu ia lengah; mereka menjadi pelindung sewaktu ia berada dalam bahaya; mereka tidak akan meninggalkannya sewaktu ia sedang dalam kesulitan; mereka menghormati keluarganya.
O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan sahabat-sahabat dan kawan-kawannya seperti arah Utara. Dalam lima cara inilah sahabat sahabat dan kawan-kawan mencintainya. Demikianlah arah utara ini dilindungi, diselamatkan den diamankan olehnya.
32. O putra kepala keluarga, dalam lima cara seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawannya seperti arah bawah : dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka; dengan memberikan mereka makanan dan upah; dengan merawat mereka sewaktu mereka sakit; dengan membagi barang-barang kebutuhan hidupnya; dengan memberikan cuti pada waktu-waktu tertentu.
Dalam lima cara ini, O putra kepala keluarga, pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan yang diperlakukan demikian oleh seorang majikan seperti arah bawah, akan mencintainya : mereka bangun lebih pagi daripadanya; mereka merebahkan diri untuk beristirahat setelahnya; mereka merasa puas dengan apa yang diberikan kepada mereka; mereka melakukan kewajiban-kewajiban mereka dengan baik; di manapun mereka berada mereka akan memuji majikannya, memuji keharuman namanya.
O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah seorang majikan memperlakukan pelayan-pelayan dan karyawan-karyawannya seperti arah bawah. Dalam lima cara inilah pelayan-pelayan dan karyawan-karyawan mencintainya. Demikianlah arah bawah ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
33. O putra kepala keluarga, dalam lima cara seorang warga keluarga harus memperlakukan para pertapa dan brahmana seperti arah atas : dengan cinta kasih dalam perbuatan; dengan cinta kasih dalam perkataan; dengan cinta kasih dalam pikiran; membuka pintu rumah bagi mereka (mempersilahkan mereka); menunjang kebutuhan hidup mereka pada waktu-waktu tertentu.
Dalam enam cara ini, O putra kepala keluarga, para pertapa dan brahmana yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga seperti arah atas, akan menunjukkan kecintaan mereka : mereka mencegah ia berbuat jahat; mereka menganjurkan ia berbuat baik; mereka mencintainya dengan pikiran penuh kasih sayang; mereka mengajarkan apa yang belum pernah ia dengar; mereka membenarkan dan memurnikan apa yang pernah ia dengar; mereka menunjukkan ia jalan ke surga.
O putra kepala keluarga, dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan para pertapa dan brahmana seperti arah atas. Dalam enam cara inilah para pertapa dan brahmana menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah atas ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.
Demikian sabda Sang Bhagava.
34. Dan setelah Sang Sugata berkata demikian, Sang Guru (sattha) berkata lebih lanjut :
Ibu dan ayah adalah arah timur,
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya.
Ia yang bijaksana, terlatih dalam cara-cara bajik
Lemah lembut dan pandai dalam pemujaan ini,
Rendah hati dan patuh, maka ia akan memperoleh kehormatan.
Bangun pagi-pagi, musuh pada kemalasan,
Tak goyah dalam kemalangan-kemalangan, kehidupannya
Tanpa cacat, bijaksana, maka ia akan memperoleh kehormatan
Bila ia telah mendapatkan cara-cara dan membuat sahabat-sahabat
Menyambut dengan kata-kata yang ramah dan hati yang tulus
Dan ia dapat memberi petunjuk dan nasehat yang bijaksana
Dan membimbing sahabat-sahabatnya, maka ia akan memperoleh kehormatan.
Tangan pemberi, ucapan ramah tamah
Kehidupan penuh pengabdian, tak membedakan diri sendiri
Dengan orang lain, seperti diminta keadaan :
Inilah yang membuat dunia berputar
Seperti poros memberikan jasa pada majunya kereta
Dan bila hal-hal demikian tidak ada, tiada seorang ibu akan menerima
Penghormatan dan penghargaan yang seharusnya diberikan oleh anak-anaknya
Juga sang ayah yang seharusnya memperoleh hal-hal ini dari anak-anaknya
Dan karena para bijaksana dengan tepat memuji akan hal-hal ini
Mereka memperoleh keluhuran dan pujian manusia.
Setelah Beliau selesai berkata demikian, Sigala, putra kepala keluarga itu, berkata kepada Sang Bhagava : “Sungguh mengagumkan, Bhante! Sungguh mengagumkan, Bhante! Sama halnya seperti seseorang menegakkan kembali apa yang telah roboh, memperlihatkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan benar kepada yang tersesat, atau memberikan cahaya dalam kegelapan: agar mereka yang mempunyai mata dapat melihat benda-benda di sekitarnya. Demikian pula, dengan berbagai macam cara Dhamma telah dibabarkan oleh Sang Bhagava kepadaku. Dan sekarang, Bhante, aku menyatakan berlindung kepada Sang Bhagava, Dhamma serta Sangha. Semoga Sang Bhagava berkenan menerima aku sebagai seorang upasaka, yang sejak hari ini sampai selama-lamanya telah menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma serta Sangha.

Sumber : https://samaggi-phala.or.id/tipitaka/sigalovada-sutta-2/

Mangala Sutta (Sutta Tentang Berkah Utama)

Image result for mangala sutta


Demikianlah telah saya dengar :
Pada suatu ketika Sang Bhagavā berdiam di Jetavana,
ārāma milik hartawan Anāthapiṇḍika,
di dekat kota Sāvatthī.

Saat itulah sesosok dewa, ketika hari menjelang pagi,
dengan bercahaya cemerlang menerangi seluruh Jetavana,
mengunjungi Sang Bhagavā.

Setelah datang, menghormat Sang Bhagava,
ia berdiri di satu sisi yang layak.
Dengan berdiri di satu sisi yang layak itulah,
ia memohon Sang Bhagavā dengan syair berikut ini :

Banyak Dewa dan manusia
yang mengharapkan kebahagiaan,
mempersoalkan tentang berkah.
Mohon uraikan, apa berkah utama itu ?

Tak bergaul dengan orang –orang dungu,
bergaul dengan para bijaksana,
dan menghormat yang patut dihormat,
Itulah Berkah Utama

Bertempat tinggal di tempat yang sesuai,
memiliki timbunan kebajikan di masa lampau,
dan membimbing diri dengan benar,
Itulah Berkah Utama

Berpengetahuan luas, berketerampilan,
terlatih baik dalam tata susila,
dan bertutur kata dengan baik,
Itulah Berkah Utama

Membantu ayah dan ibu,
Menunjang anak dan isteri,
dan bekerja dengan sungguh-sungguh,
Itulah Berkah Utama

Berdana , melakukan kebajikan 1
menyokong sanak saudara,
dan tidak melakukan pekerjaan tercela,
Itulah Berkah Utama

Menjauhi , menghindari perbuatan buruk,
menahan diri dari minuman keras,
dan tak lengah melaksanakan Dhamma,
Itulah Berkah Utama

Memiliki rasa hormat, rendah hati,
merasa puas dengan yang dimiliki, ingat budi baik orang,
dan mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai,
Itulah Berkah Utama

Sabar, mudah dinasihati,
mengunjungi para petapa,
dan membahas Dhamma pada waktu yang sesuai,
Itulah Berkah Utama

Bersemangat dalam mengikis kilesa2, menjalankan hidup suci,
menembus Empat Kebenaran Mulia,
dan mencapai Nibanna,
Itulah Berkah Utama

Meski disentuh oleh hal-hal duniawi3
batin tak tergoyahkan,
Tiada sedih, tanpa noda, dan penuh damai,
Itulah Berkah Utama

Setelah melaksanakan hal-hal seperti itu,
para dewa dan manusia tak akan terkalahkan dimana pun,
mencapai kebahagiaan dimana pun berada,
Inilah berkah utama bagi para dewa dan manusia.


Catatan
1 Dhammacariyā artinya melaksanakan Dhamma; ’Dhamma’ dalam hal ini adalah 10 jalan perbuatan baik (dasakusalakammapatha)

2 Pengotor batin

3 Delapan Kondisi Alam: 1. lābha (mendapatkan), 2. alābha (tak mendapatkan), 3. yasa ( berkedudukan/berketenaran), 4. ayasa (tak berkedudukan/tak berketenaran), 5. nindā (hujatan), 6. pasaṁsā (sanjungan), 7. sukha (kebahagiaan), 8. dukkha (penderitaan).



Sumber : http://tanhadi.blogspot.com/2011/10/mangala-sutta-sutta-tentang-berkah.html

Jumat, 03 Agustus 2018

BUKU HEBAT



Hidup akan terasa berat bagimu bila kau biarkan dirimu lemah dan tidak memiliki visi.


Sumber : https://sahampemenang.blogspot.com/2018/05/buku-hebat.html

KUTULISKAN KEKUATAN HARAPAN UNTUKMU





Disaat banyak langkah terhenti karena takut pada tantangan, jangan takut dan jangan ikut hentikan langkahmu, teruslah melangkah maju karena selalu ada peluang dibalik setiap tantangan. Yakin dan mantapkan dirimu, kekuatan pengharapan itu tidak hanya sanggup meruntuhkan tembok tantangan, tetapi juga sanggup mengkuadratkan peluang


Sumber : https://sahampemenang.blogspot.com/2014/07/kutuliskan-kekuatan-harapan-untukmu.html

JANGAN TAKUT








JANGAN TAKUT !  Kata ini sederhana, tetapi membawa pesan kuat. Bahkan 365 kali (hari) kata ini "dituliskan" untuk menjadi sauh bagi kapal kehidupan kita


Sumber : https://sahampemenang.blogspot.com/2017/09/jangan-takut.html

8 CARA ASAH KOSAKATA SUPAYA TIDAK KERING BAHASA



Cara seseorang berbahasa dan berbicara mencerminkan apakah dia cukup cerdas, terdidik, dan kompeten. Banyak penelitian menunjukkan korelasi yang erat antara kesuksesan dan penguasaan kosakata seseorang saat berbicara.
Namun sayang, pada umumnya kita hanya memanfaatkan secuil saja dari kosakata kita yang menggunung.
Buku Charisma Effect (2009) mengungkapkan beberapa cara mengasah kosakata agar bisa berbicara dengan tenang di depan banyak orang, yaitu




Sumber : https://sahampemenang.blogspot.com/2017/10/8-cara-asah-kosakata-supaya-bahasa.html

TIDAK ADA OPSI UNTUK MENYERAH KALAH




Namun tidak ada yang menyangka kalau yang akhirnya mengangkat namanya justru penelitian yang tidak diakui dan ditolak berkali-kali di Indonesia. Setelah penolakan berkepanjangan sebanyak 11 kali di berbagai ajang atau kompetisi di Indonesia sejak tahun 2016, ide Christopher justru berhasil mencuri perhatian Google lho! Iya, Google. Perusahaan raksasa di bidang IT itu. Meski pahit ditolak di negeri sendiri, ternyata pemikiran Christopher justru diapresiasi oleh perusahaan internasional sebesar Google. Untung saja ya pelajar ini pantang menyerah…




Sumber : https://sahampemenang.blogspot.com/2017/11/tidak-ada-opsi-untuk-menyerah-kalah.html

BENIH TANPA KALKULATOR





Seorang mahasiswa berusia 18 tahun sedang berjuang membayar biaya kuliahnya. Dia seorang yatim piatu, dan kebingungan mencari cara untuk melunasi biaya itu. Suatu saat muncul sebuah ide cemerlang di benaknya. Dia dan seorang temannya memutuskan untuk mengadakan sebuah konser musik di kampus dengan tujuan menggalang dana demi kuliah mereka. Mereka berhasil mengontak pianis terkenal: Ignacy J. Paderewski. Manajernya meminta pembayaran sebesar $2.000 untuk pertunjukan piano yang akan ditampilkan Paderewski. Mereka pun berhasil mencapai kata sepakat.
Kedua mahasiswa itu pun mulai bekerja agar konser musik ini berjalan sukses. Hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Paderewski tampil memukau di Stanford. Sayangnya, pertunjukan itu ternyata tidak begitu laris manis. Kedua mahasiswa itu hanya berhasil menjual sekitar sepertiga tiket yang disediakan. Total penjualan yang terkumpul juga hanya senilai $1.600.

Dengan perasaan kecewa, mereka berdua mendatangi Paderewski dan menjelaskan keadaan mereka. Tak lupa mereka membawa seluruh uang hasil pertunjukan, sebesar $1.600, beserta sebuah cek dengan nilai $400 untuk memenuhi perjanjian kontrak. Mereka berjanji untuk membayarkan cek itu secepat mungkin.
“Tidak,” kata Paderewski. “Saya tidak terima ini.” Lalu, cek itu dirobeknya, dan dikembalikan uang sebesar $1.600 itu sembari berkata pada kedua mahasiswa itu, “Ini uang konser kalian. Tolong kurangi dengan biaya yang sudah kalian keluarkan. Sisihkan uang yang kalian butuhkan untuk upah kalian sendiri. Dan berikan sisanya padaku.” Kedua mahasiswa itu begitu terkejut, dan tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.

Bagi Paderewski, tindakan kebaikan itu tidak seberapa. Tapi apa yang telah dilakukannya itu jelas menandakan bahwa Paderewski adalah seorang manusia yang luar biasa. Di kemudian hari, dia menjadi Perdana Menteri Polandia. Tak diragukan lagi, dia adalah pemimpin yang hebat. Tapi sayangnya, saat dia memerintah, negerinya porak-poranda karena dampak perang. Ada lebih dari 1,5 juta orang yang menderita kelaparan di Polandia, dan tidak ada dana tersisa untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi rakyat. Paderewski tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa. Tapi akhirnya dia berhasil meminta bantuan pada US Food and Relief Administration (Badan Pengawas Makanan dan Bantuan Amerika Serikat).

Saat itu pemimpinnya bernama Herbert Hoover, yang di kemudian hari menjadi Presiden AS. Hoover setuju untuk membantu dan segera mengirimkan berton-ton gandum untuk memberi makan rakyat Polandia yang kelaparan. Sebuah bencana kemanusiaan besar pun berhasil dicegah. Paderewski lega sekali. Dia putuskan untuk menemui Hoover dan secara langsung berterima kasih padanya. Ketika Paderewski mulai mengucapkan terima kasih kepada Hoover atas tindakannya yang mulia, Hoover cepat-cepat menyelanya dan berkata, “Anda tak perlu berterima kasih Perdana Menteri. Anda mungkin tidak mengingat kejadian ini, tapi beberapa tahun lalu, Anda sudah menolong dua mahasiswa muda menyelesaikan kuliahnya di AS. Saya salah satunya.”

andrie wongso

Sumber : https://sahampemenang.blogspot.com/2018/01/the-laws-of-sowing-and-reaping.html

Sabtu, 24 Maret 2018

Kesempatan Terbaik

Alkisah ada seorang pengemis yang setiap hari berkeliaran di jalanan, dia selalu berpikir, betapa senangnya jika di tangannya ada uang Rp 20juta.
Suatu hari pengemis ini tanpa sengaja, melihat seekor anjing kecil yang lucu. Ia melihat di sekelilingnya tidak ada seorangpun, lalu ia menggendong anjing kecil ini pulang ke gubuknya dan mengikatnya.
Rupanya pemilik anjing adalah orang paling kaya di kota tersebut.
Orang kaya ini sangat panik, karena anjing tersebut sangat disayanginya.
Lalu orang kaya ini membuat pengumuman di stasiun TV di kota tersebut, bahwa “Siapa yang menemukan anjingnya akan diberi hadiah Rp 20 juta.”
Keesokan harinya ketika pengemis ini keluar untuk mengemis, melihat pengumuman tersebut,
si pengemis tergesa-gesa pulang ke rumahnya untuk menukar anjing tersebut dengan uang.
Ketika dia menggendong anjing itu ke stasiun TV, dia melihat pengumuman hadiah berubah menjadi Rp 30 juta, karena orang kaya ini belum dapat menemukan anjingnya.
Langkah kaki pengemis itu berhenti, setelah dipikir-pikir akhirnya dia menggendong anjingnya kembali ke gubuknya.
Hari ke 3,
Benar saja hadiahnya bertambah lagi…
Hari ke 4,
Hadiah bertambah lagi….
Hari yang ke 7,
Hadiahnya sudah sangat mengagetkan seluruh penduduk kota.
Pada saat itu pengemis tersebut lari pulang ke gubuknya, untuk mengambil anjing itu,
tapi diluar dugaan… anjing kecil itu sudah mati kelaparan….
Pengemis itu tetaplah jadi pengemis…
Sebenarnya didalam kehidupan, banyak kesempatan bagus, bukan karena kita tidak berjodoh mendapatkan nya, tetapi harapan kita yang terlampau tinggi.
Ketika kita sudah hampir mendekati sebuah target, terkadang kita akan mengubah arah mendekati target yang lebih tinggi lagi.
_KESEMPATAN TERBAIK ADALAH YANG HADIR SAAT INI DIDEPAN MATA, JANGAN TERUS MENUNGGU YANG TIDAK AKAN DATANG._

Sumber : https://broker-saham.com/2016/06/kesempatan-terbaik/

Jumat, 23 Maret 2018

Pidato Steve Jobs di depan mahasiswa Universitas Stanford (12 Juni 2005)




Judul pidatonya : ANDA HARUS MENEMUKAN APA YANG ANDA CINTAI.
Berikut ini petikan pidatonya:
Saya merasa terhormat berada bersama Anda mengikuti wisuda di salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus dari perguruan tinggi. Sejujurnya, ini adalah saat terdekat saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya ingin menyampaikan 3 cerita pengalaman hidup saya. Bukan masalah besar. Hanya 3 cerita.
Cerita pertama adalah tentang menghubungkan titik-titik
Saya drop out dari Reed College setelah 6 bulan pertama, tapi kemudian sempat bertahan selama 18 bulan atau lebih, sebelum akhirnya benar-benar berhenti. Mengapa saya drop out?
Ini dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah seorang mahasiswi yang menikah muda. Ketika hamil, dia memutuskan untuk memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.
Ibu kandung saya selalu ngotot bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana. Karena itulah, sebelum saya lahir semuanya sudah disiapkan bagi saya orangtua angkat yang berprofesi sebagai pengacara.
Namun, beberapa saat sebelum kelahiran saya, suami isteri yang berprofesi sebagai pengacara itu hanya menginginkan bayi perempuan.
Sementara calon orangtua angkat lainnya (Paul dan Clara Jobs), yang berada dalam daftar urut berikutnya, tidak memersoalkan jenis kelamin bayi. Pada tengah malam, mereka menerima telepon dari rumah sakit mengabarkan kelahiran bayi laki-laki. “Kami memiliki bayi laki-laki, apakah Anda berminat?.
“Tentu saja,” jawab orangtua angkat saya ini.
Ternyata, ibu angkat saya ini tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya pun tidak menamatkan sekolah lanjutan. Itulah sebabnya, ibu kandung saya menolak untuk menandatangani surat adopsi. Sikap ibu kandung saya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orangtua angkat saya berjanji akan menyekolahkan saya hingga perguruan tinggi.
Memang 17 tahun kemudian, saya benar-benar kuliah di perguruan tinggi. Tetapi saya terlalu naïf memilih kuliah di universitas yang biayanya hampir sama mahalnya dengan Universitas Stanford. Sehingga seluruh tabungan orangtua angkat saya (yang hanya pekerja biasa) habis untuk biaya kuliah.
Setelah enam bulan kuliah, saya tidak mendapatkan kepuasan apapun di dalamnya. Saya gelisah dan tidak tahu apa yang ingin saya lakukan dalam hidup dan merasa tidak yakin apakah kuliah akan membantu menemukan jalan hidup saya. Apalagi, orangtua angkat saya banyak menghabiskan uangnya untuk membiayai hidup saya.
Akhirnya saya berhenti kuliah (drop out) dan memutuskan bekerja. Pada saat itu, keputusan berhenti kuliah sangat menakutkan bagi saya. Namun sekarang, keputusan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat dalam hidup.
Meski berhenti kuliah, saya menyempatkan diri mengikuti mata pelajaran kaligrafi di Reed College. Di sinilah saya mulai bertemu dengan ‘hal-hal menarik’.
Ketika itu saya tidak punya kamar kos. Saya hanya menumpang tidur di lantai kamar kos teman. Untuk membiayai hidup, saya mengumpulkan botol bekas Coca Cola untuk dijual. Satu botolnya dihargai 5 sen. Seminggu sekali, saya berjalan 7 mil untuk mendapatkan makanan gratis di Kuil Hindu Hare Krishna. Saya bersyukur.
Banyak hal saya temui saat itu, semata-mata karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi saya yang ternyata sangat berharga di kemudian hari.
Mari saya beri Anda satu contoh:
Pada waktu itu, Reed College memiliki mata pelajaran kaligrafi terbaik di negeri ini. Poster-poster yang ada di kampus atau stiker-stiker yang di tempel di lemari ditulis dengan gaya kaligrafi indah.
Sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendesain komputer Macintosh yang pertama, semua tipografi ini menjadi bidang saya. Saya merancang semua itu ke dalam Macintosh. Itu adalah komputer pertama dengan tipografi yang indah.
Seandainya saya tidak berhenti kuliah dan tidak mengambil kelas kaligrafi (kuliah tunggal) di perguruan tinggi itu, maka Macintosh tidak akan memiliki beragam huruf cetak ataupun huruf dengan spasi sejajar.
Tentu saja tidak mungkin menghubungkan titik-titik kehidupan itu sewaktu saya masih mengambil pelajaran kaligrafi itu. Tetapi sepuluh tahun kemudian menjadi sangat gamblang dijelaskan.
Pada intinya, Anda tidak dapat menghubungkan titik-titik dalam kehidupan Anda. Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang.
Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik dalam perjalanan hidup Anda, bagaimanapun juga akan menjadi sebuah rangkaian indah di masa mendatang.
Dengan kata lain, Anda harus percaya pada sesuatu seperti: intuisi, takdir, jalan hidup, karma atau apapun istilahnya. Percaya terhadap hal ini tidak pernah mengecewakan saya dan itu telah membuat semua perbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita kedua adalah tentang cinta dan kehilangan.
Saya beruntung menemukan apa yang saya sukai sejak muda. Saya dan sahabat saya (Wozniak) mulai mendesain komputer Apple di garasi orang tua saya ketika berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun kemudian, komputer Apple berkembang dari hanya kami berdua di garasi menjadi sebuah perusahaan berpenghasilan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan.
Ketika usia saya menginjak 30 tahun dan perusahaan kami baru meluncurkan produk terbaik kami (Macintosh) setahun sebelumnya, tiba-tiba saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat dari perusahaan yang Anda dirikan? Ya, seperti pertumbuhan perusahaan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya.
Untuk tahun pertama, semuanya berjalan lancar. Tapi kemudian visi kami mengenai masa depan mulai berbeda dan akhirnya kami sulit disatukan. Jadi, di usia 30 tahun, saya keluar dari perusahaan yang saya dirikan.
Apa yang menjadi fokus seluruh kehidupan saya telah hilang, dan sangat menghancurkan hati. Selama beberapa bulan, saya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya merasa menjadi figur yang gagal. Bahkan saya berpikir untuk lari dari bisnis ini.
Saya telah dipecat, namun saya tetap cinta. Dan saya memutuskan untuk memulai kembali dari awal. Saat itu saya tidak tahu bahwa ternyata dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang pernah terjadi pada saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula lagi.
Hal itu mengantarkan saya untuk memasuki salah satu periode paling kreatif dalam hidup saya.
Selama lima tahun berikutnya, saya memulai sebuah perusahaan bernama NeXT, perusahaan lain bernama Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya (Laurene).
Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan komputer film animasi pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Dalam gilirannya terjadi peristiwa luar biasa, Apple membeli NeXT, dan saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple.
Saya cukup yakin semua ini tidak akan terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Terkadang kepala Anda terasa sakit seperti ditimpuk dengan batu bata. Tetapi jangan kehilangan iman. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan.
Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan satu-satunya cara untuk benar-benar puas adalah melakukan apa yang Anda yakini adalah pekerjaan besar. Dan satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang Anda lakukan.
Jika Anda merasa belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan berdiam diri. Sebagaimana dengan semua persoalan hati, Anda akan tahu bila Anda telah menemukannya.
Cerita ketiga adalah tentang kematian.
Ketika berumur 17 tahun, saya membaca sebuah ungkapan yang kurang lebih berbunyi:“Jika Anda hidup setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari Anda pasti akan menemukan kebenaran”
Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan sejak itu, selama 33 tahun terakhir, setiap pagi saya selalu bercermin dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah yang akan saya lakukan untuk dikerjakan hari ini? ”
Menyadari bahwa saya akan segera mati itu adalah alat paling penting yang pernah saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar dalam hidup saya. Karena hampir segala sesuatu: semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal, hal-hal ini hanya bermanfaat saat menghadapi kematian, maka wariskanlah hanya apa yang benar-benar penting.
Mengingat bahwa Anda akan mati adalah cara terbaik untuk menghindari jebakan berpikir Anda. Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu, saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pagi hari dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Ini adalah saat terdekat saya dengan kematian. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan ini dengan yakin kepada Anda bahwa kematian adalah konsep yang berguna dan murni intelektual.
Tidak ada yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun kematian adalah tujuan kita semua. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Ini adalah agen perubahan Kehidupan. Ini membersihkan sesuatu yang lama untuk membuat jalan bagi yang baru.
Sekarang yang baru adalah Anda, tapi suatu hari tidak terlalu lama dari sekarang, Anda secara bertahap akan menjadi tua dan harus dibersihkan. Maaf bila terlalu dramatis, tapi itu cukup benar.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain.
Jangan terperangkap dengan dogma, yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan kebisingan pendapat orang lain menenggelamkan suara hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda.
Stay Hungry. Stay Foolish
Steve Jobs

Sumber : https://broker-saham.com/2016/06/pidato-steve-jobs-di-depan-mahasiswa-universitas-stanford-12-juni-2005/